Minggu, 11 Juni 2017

Perbanyaklah Berlogika, Berhenti Membedakan


Saat gue SD, gue berada di SD yang termasuk berada di daerah kampung, apa berarti SD tersebut kampungan? Ngga, walaupun mereka hurufnya serupa, namun kampung dan kampungan adalah dua istilah yang berbeda. Kampung adalah tempat yang tidak seberapa ramai, sedangkan kampungan adalah suatu keadaan dimana seseorang itu menjadi seenaknya sendiri macam Plankton.

Singkat cerita, saat SD gue diajarkan untuk bersaing. Siapa yang dapet nilai di atas rata-rata akan mendapat nasi kucing duduk di bangku A, atau bangku paling kiri, sedangkan bangku B ditempati murid yang gagal meraih bangku A, sedangkan bangku C ditempatkan untuk murid-murid yang gagal meraih bangku B, sedangkan bangku D.. Ah.. Lupakan.

Gue 1 tahun mengalami persaingan yang ketat, gue pernah masuk di bangku A, B, C, D. Saat gue umur segitu, mendapat bangku A adalah hal yang membanggakan, karena gue mampu melampaui kekuatan kapasitas RAM otak temen-temen gue, sedangkan pada saat gue mendapat bangku D, gue bisa-bisa menggelinjang seharian dan akhirnya meninggal...kan kelas dengan rasa penuh penyesalan.

Tapi semakin gue bertambah umur, gue berfikir, apa benar cara sistem mengajar yang seperti itu? Sekarang gue menjadi mahasisa gue malah tidak bertanya-tanya lagi, melainkan sudah sadar bahwa sistem pendidikan seperti itu adalah salah kaprah. Itu mengajarkan kita sebagai manusia bahwa kita harus mengotak-kotakan dengan siapa kita berteman.

Menurut gue, itu adalah cara goblok untuk menerapkan cara bersaing ke anak SD. Masih banyak cara untuk menerapkan rasa persaingan ke anak, misal, sang anak suka main sepak bola, kasih lah dia foto Cristiano Ronaldo yang lagi gembol piala UEFA. Atau sebagai contoh, misal di jalan ada orang homeless yang meminta-minta, kasih tau sang anak bahwa jika kamu menjadi orang hebat, kamu akan memberikan dunia yang layak bagi mereka. Atau yang paling simple, berilah dia contoh berkehidupan yang baik, misal membersihkan piring setelah mereka selesai makan, atau melipat baju ketika mereka selesai memakainya. Mungkin cara itu simple, tapi itu akan membuat anak terbiasa akan apa yang mereka lakukan.

Oke, gue masuk ke ranah yang lebih tinggi. Akhir-akhir ini banyak manusia-manusia laknat yang selalu mengotak-kotakkan suatu kelompok. Beda agama dicaci, beda ras dibully, bahkan beda ngefans club bola di kata-katain. Stop lah membeda-bedakan suatu kelompok dengan seperti itu. Itu bukan ajaran yang harus diterapkan di kehidupan, berpikiran seperti itu sudah sangatlah kuno, menurut gue itu adalah cara yang paling bar-bar untuk membuat dirimu terlihat seperti orang tolol.

Baiklah itu mungkin punchline terkasar yang pernah gue ungkapin karena gue udah muak lihat orang di sekitar gue yang bersikap seperti itu. Akhir kata, berhentilah membedakan sesuatu karena itu ngga keren, wassalam.

https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/originals/1e/c8/bd/1ec8bd8ff73b3258979d4f0c7aa880b7.jpg