Saat gue SD, gue berada di SD yang termasuk berada
di daerah kampung, apa berarti SD tersebut kampungan? Ngga, walaupun mereka
hurufnya serupa, namun kampung dan kampungan adalah dua istilah yang berbeda.
Kampung adalah tempat yang tidak seberapa ramai, sedangkan kampungan adalah
suatu keadaan dimana seseorang itu menjadi seenaknya sendiri macam Plankton.
Singkat cerita, saat SD gue diajarkan untuk
bersaing. Siapa yang dapet nilai di atas rata-rata akan mendapat nasi kucing
duduk di bangku A, atau bangku paling kiri, sedangkan bangku B ditempati murid
yang gagal meraih bangku A, sedangkan bangku C ditempatkan untuk murid-murid
yang gagal meraih bangku B, sedangkan bangku D.. Ah.. Lupakan.
Gue 1 tahun mengalami persaingan yang ketat, gue
pernah masuk di bangku A, B, C, D. Saat gue umur segitu, mendapat bangku A
adalah hal yang membanggakan, karena gue mampu melampaui kekuatan kapasitas RAM
otak temen-temen gue, sedangkan pada saat gue mendapat bangku D, gue bisa-bisa
menggelinjang seharian dan akhirnya meninggal...kan kelas dengan rasa penuh
penyesalan.
Tapi semakin gue bertambah umur, gue berfikir, apa
benar cara sistem mengajar yang seperti itu? Sekarang gue menjadi mahasisa gue
malah tidak bertanya-tanya lagi, melainkan sudah sadar bahwa sistem pendidikan
seperti itu adalah salah kaprah. Itu mengajarkan kita sebagai manusia bahwa
kita harus mengotak-kotakan dengan siapa kita berteman.
Menurut gue, itu adalah cara goblok untuk menerapkan
cara bersaing ke anak SD. Masih banyak cara untuk menerapkan rasa persaingan ke
anak, misal, sang anak suka main sepak bola, kasih lah dia foto Cristiano
Ronaldo yang lagi gembol piala UEFA. Atau sebagai contoh, misal di jalan ada
orang homeless yang meminta-minta, kasih tau sang anak bahwa jika kamu menjadi
orang hebat, kamu akan memberikan dunia yang layak bagi mereka. Atau yang
paling simple, berilah dia contoh berkehidupan yang baik, misal membersihkan
piring setelah mereka selesai makan, atau melipat baju ketika mereka selesai
memakainya. Mungkin cara itu simple, tapi itu akan membuat anak terbiasa akan
apa yang mereka lakukan.
Oke, gue masuk ke ranah yang lebih tinggi.
Akhir-akhir ini banyak manusia-manusia laknat yang selalu mengotak-kotakkan
suatu kelompok. Beda agama dicaci, beda ras dibully, bahkan beda ngefans club
bola di kata-katain. Stop lah membeda-bedakan suatu kelompok dengan seperti
itu. Itu bukan ajaran yang harus diterapkan di kehidupan, berpikiran seperti
itu sudah sangatlah kuno, menurut gue itu adalah cara yang paling bar-bar untuk
membuat dirimu terlihat seperti orang tolol.
Baiklah itu mungkin punchline terkasar yang pernah
gue ungkapin karena gue udah muak lihat orang di sekitar gue yang bersikap
seperti itu. Akhir kata, berhentilah membedakan sesuatu karena itu ngga keren, wassalam.
keren...ironisnya emang dri kcil kita dididik utk membeda2akan.
BalasHapus