Senin, 23 September 2013

THE NATION OF MINE!: Sebuah opini yang tidak menang lomba


Ngga lama, gue iseng ikut Jakarta Post project, well.. namanya iseng, gue juga ngga ngarep menang. Tapi gue dapet sertifikat, mungkin ini sebagai hadiah 'ngetik'. Dan karena beberapa orang penasaran dengan tulisan gue yang ngga menang, langsung aja kali ya gue post, ngga pake gue edit dan gue benerin, cekidot:



Not like most children, my parents always teach me to loving everythings that i have. Everything, including my country, Indonesia.
The most beautiful nation, rich of artistic, rich of culture, full of island from Sabang untill Merauke. That’s Indonesia, where race, religion, and clan can peaceful living together.
Untill now, I very love Indonesia, love the food of Indonesia, music Indonesia, and Indonesia culture.

But sometimes, Indonesian people underestimate with their own country. They’re like to showing if they don’t love Indonesia. I want to express about my opinion about Indonesian who dont love with their own country. Or you’re the one of them?

For examples, Indonesian people still like to wear suit and tie than wear batik, whereas batik is original art from Indonesia. I know wear batik is small things, but this is how you can show if you love Indonesia.

Not long ago, football club from europe came to Indonesia, but I still saw Indonesian people who wear rival’s jersey where Indonesia needs the scream like “IN.. DO.. NE.. SIA!”, but what? They’re even scream “GOAL!” when rival club scored. Pathetic? Yes. I know if their skill is far from Indonesian player, but this is our country! We must support! If you never scream when Indonesia lose, then you don’t scream when Indonesia win.

Now, so many place that nuanced western, so many people spent their time and consumed western food. Where Indonesia food need to be promote. Some Indonesian act like they’re western. Actually we’re not anti-western, we just need to filtering good or bad things from western. And western people is not always bad, we can look their discipline, their eticute, and their daily lifestyle.

About music, Indonesia had so many music genre. For example, dangdut music. So many Indonesian people said “This is a freak music.”, whereas dangdut its real Indonesia music genre. It means they’re dont love Indonesia. We can enjoying  western music, but dont forget our original music. Loving Indonesia music its one of many way to make Indonesia better.

Korean trend now is famous among Indonesian teens, from their style wearing leggings, clothes, and many more. Some people too nervous if they’re not up to date about trend. What if everyone buy local products? I swear Indonesia will be better. One of a thousand ways for make Indonesia better is buy local product.

Thats my opinion about Indonesian people who can’t loving their own country. Pathetic, they’re born in Indonesia, and they dont respect their country.

I was born here, I grow up here. I’m not the person who can change Indonesia alone. I started from the little things, i used local products, and love it. I want Indonesia had something that can be proud, I want every people in other country use Indonesia product.

And everything start from loving everything that we have, including love our own country. They can said Indonesia is small country, they can leave Indonesia. They can claim Indonesia culture. But one that never ever they really know. Indonesia is a great country, I proud to be Indonesian.
I love Indonesia.




Gimana? Emang sih, masih belepotan dengan grammar, tapi ini dari otak gue sendiri. Oke, sekian dulu post gue, sampai bertemu di postingan gue selanjutnya! :p

Sabtu, 21 September 2013

#PeopleAroundUs Seorang lulusan SD yang ingin menjadi dokter

Iri aku melihat dokter.
Aku ingin sesekali melihat diriku menjadi seorang dokter.
Andai saja orang tuaku memiliki biaya lebih ketika aku kecil,
mungkin aku sudah berada di ruang pemeriksaan pasien.

Tapi dunia tak mengizinkanku mengambil profesi itu.
Tapi juga aku tak pernah mau kalah melawan dunia.
Jika dokter bisa mengobati orang sakit.
Aku bisa mencegah orang sakit.

Sedikit mempelajari ilmu sains waktu SD.
Nyamuk bisa membawa berbagai macam penyakit dan tinggal di tempat yang lembab.
Aku? Aku bisa memusnahkan tempat yang lembab dengan memungut limbah.
Profesi pemungut limbah aku kira sama dengan dokter, hanya lebih sedikit pendapatannya.




Aku tak pernah lelah mejadi seorang pemungut limbah.
Semangatku mencari nafkah adalah senjataku untuk bertahan hidup.
Kaleng dan botol plastik bekas yang masih utuh adalah butiran emas yang harus aku kumpulkan.
Melihat keluargaku kenyang adalah bagian termanis di hidupku.

Nampak hari sudah kehabisan tenaga.
Tapi aku belum selesai berburu ‘emas’ku.
Mentari yang ingin terlelap mencoba menyudahi perjuanganku.
Rasanya dua puluh empat jam tidak cukup untuk menghabiskan tenagaku.

Segera aku ke tempat penampung dan menukar emasku dengan rupiah sebelum gelap.
Dalam senja aku mendapatkan rupiah yang cukup untuk biaya makan hari ini.
Dengan cepat aku membeli segenggam beras.
Dan sejenak menikmati kopi di kedai dekat rumah.

Kemana aku selanjutnya?
Aku harus pulang melihat keluargaku makan dengan lahap malam ini.
Dan tidak lupa bersyukur kepadaNya.
Ternyata Dia masih mengizinkanku dan keluargaku tersenyum hari ini.


Rabu, 11 September 2013

#PeopleAroundUs OJEK PAYUNG YANG KEHILANGAN HUJAN


Entah kata apa yang ada di benak masing-masing orang ketika melihat gambaran diatas.
Foto itu saya ambil sekitar seminggu yang lalu, tepat hujan datang ke Surabaya, iya hujan yang sangat sedikit itu menentukan rezeki beribu orang.
Yang aku dengar dari percakapan pada saat itu adalah:

“Payung, mbak?”
“Berapa dik?”
“Seikhlasnya.”
“Hmm.. Nggak usah deh, deket kok.

Disaat orang mengeluh dengan gaji mereka, masih ada orang yang mencari uang dengan meminta upah ‘seikhlasnya’ dan rela ber-basah-basah yang beresiko terkena penyakit. Dan masih ada orang yang menolaknya.

Saya adalah orang yang tak pernah tega melihat saudara sehidup yang sulit hanya untuk mencari sesuap nasi.
Saya coba mendekatinya, saya beri rupiah yang sekiranya cukup untuk membeli nasi bungkus untuk dia makan hari ini. Lalu langsung lari ke tempat parkir dimana saya me-markir kendaraan tanpa meminta jasa-nya. Saya adalah pelanggan pertama dan terakhir dia karena hujan tidak berhendak setia mengguyur tanah, dan ia pun pulang dengan membawa gaji dari saya.

Sambil menyetir dijalan, ego saya rasanya ditampar oleh Tuhan dengan mengenang  kejadian barusan, dan berpikir mengapa selama ini saya selalu mengeluh. Sambil menunggu macet, saya melihat lampu kota yang mulai menyala, melihat jalanan basah bekas hujan, dan berkata dalam hati...

Tuhan, aku suka caramu bercanda kepadaku.
Engkau buat aku mengeluh menjalani hidup ini.
Lalu engkau membuatku bersyukur dengan membuat adegan kecil tadi tepat di depan mataku.
Terimakasih, Tuhan.

Kamis, 05 September 2013

Banyak followers, belum tentu bener

Berani ngakuin ngga, kalau lo adalah korban waktu dari social media? Gue akuin iya. Entahlah, padahal twitter Cuma tulisan dengan batas 140 karakter per-twitnya tapi bikin betah untuk mantengin. Twitter itu bikin lupa apa-apa, contohnya anak-anak yang mau ujian, materi ngga ada di twitter tapi sempet-sempetnya baca timeline. :p


Tapi gue rasa untuk jaman yang apa-apa serba ada ini, ngga mustahil kalau beberapa orang suka bertingkah aneh, dengan media social media. Presiden aje nge-twit, ye gak?
Maksud gue di sini adalah orang-orang yang ngga baik yang “meng-hipnotis” pengguna social media. Iya pengguna social itu emang lucu, mereka kayak barang online shop, macem-macem. Dari orang baik, orang yang agak baik, orang yang hampir baik, sampai orang yang pura-pura baik.
Gue ngga men-klaim kalau gue adalah pengguna yang baik. Kenapa? Gue masih suka nyinyirin mantan misalnya. Tapi parahnya, ada orang yang lebih kampret dari nyinyirin mantan. Simak sedikit opini gue ya!

Pernah gue follow orang, dia adalah salah satu peserta stand-up comedy. Waktu itu, dia ngadain kuis berhadiah. Oke, kalau ngasih pertanyaan masih bisa disebut kuis. Tapi orang ini nyuruh orang kirim fotonya sendiri sengan berpakaian underwear di kepalanya. Aneh kan? Bayangin, gimana kalau elo nyuruh followers lo kirim foto ngangkang, dan tiba-tiba orang tua lo ngirimin fotonya lagi ngangkang. Sekarang gini, dia adalah selebtwit dengan followers yang banyak. Elo nasihatin doi, doi pasti ngga merasa bersalah karena banyak yang belain. Dan orang yang berfollowers banyak ini menurut gue ngga ada benernya sama sekali. Gue block. Langsung.

Akun ramalan pun juga gitu, mereka cuma nulis apa yang mereka mau dengan masing-masing zodiak, supaya bisa mancing orang untuk follow mereka. Ramalan adalah sesuatu yang belum tentu terjadi. Ngga usah akun ramalan, gue juga bisa kalau cuma nge-ramal. Gue nge-ramal, zodiak gue adalah taurus, taurus itu cocoknya sama gemini. Raisa itu zodiaknya gemini, berarti entar Raisa kawin sama gue. Percaya kalau Raisa bakal kawin sama gue? Nggak? Terus kenapa pada percaya ramalan yang nge-ramal nasib seseorang? Tapi kalau gue kawin sama raisa ya gue mau aja. #UjungUjungnyaKampret

Orang yang nge-twit se-enaknya jidat. Ada loh, mereka yang twit-nya ngga baca-able tapi ber-followers banyak. Biasanya ini artis yang demen cari sensasi di radio atau majalah anak-anak. Terus mereka punya followers banyak, sehingga apa yang di katain mereka kelihatan bener. Inget, semua orang diciptain ngga ada yang ngga salah. Termasuk orang yang ber-followers banyak.


Oke, gays eh.. guys.. ini adalah sedikit opini gue tentang akun twitter yang ngga bener di mata gue. Gue Cuma ngingetin kalian supaya jangan menuntut akun ber-followers banyak itu selalu benar. Gue sendiri pun belum tentu benar. Sekian post gue kali ini, ketemu di next post. Bahas apa? Pantengin aja blog gue. :p bubye!