Sabtu, 21 September 2013

#PeopleAroundUs Seorang lulusan SD yang ingin menjadi dokter

Iri aku melihat dokter.
Aku ingin sesekali melihat diriku menjadi seorang dokter.
Andai saja orang tuaku memiliki biaya lebih ketika aku kecil,
mungkin aku sudah berada di ruang pemeriksaan pasien.

Tapi dunia tak mengizinkanku mengambil profesi itu.
Tapi juga aku tak pernah mau kalah melawan dunia.
Jika dokter bisa mengobati orang sakit.
Aku bisa mencegah orang sakit.

Sedikit mempelajari ilmu sains waktu SD.
Nyamuk bisa membawa berbagai macam penyakit dan tinggal di tempat yang lembab.
Aku? Aku bisa memusnahkan tempat yang lembab dengan memungut limbah.
Profesi pemungut limbah aku kira sama dengan dokter, hanya lebih sedikit pendapatannya.




Aku tak pernah lelah mejadi seorang pemungut limbah.
Semangatku mencari nafkah adalah senjataku untuk bertahan hidup.
Kaleng dan botol plastik bekas yang masih utuh adalah butiran emas yang harus aku kumpulkan.
Melihat keluargaku kenyang adalah bagian termanis di hidupku.

Nampak hari sudah kehabisan tenaga.
Tapi aku belum selesai berburu ‘emas’ku.
Mentari yang ingin terlelap mencoba menyudahi perjuanganku.
Rasanya dua puluh empat jam tidak cukup untuk menghabiskan tenagaku.

Segera aku ke tempat penampung dan menukar emasku dengan rupiah sebelum gelap.
Dalam senja aku mendapatkan rupiah yang cukup untuk biaya makan hari ini.
Dengan cepat aku membeli segenggam beras.
Dan sejenak menikmati kopi di kedai dekat rumah.

Kemana aku selanjutnya?
Aku harus pulang melihat keluargaku makan dengan lahap malam ini.
Dan tidak lupa bersyukur kepadaNya.
Ternyata Dia masih mengizinkanku dan keluargaku tersenyum hari ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar