Entah kata apa yang ada di benak masing-masing orang
ketika melihat gambaran diatas.
Foto itu saya ambil sekitar seminggu yang lalu,
tepat hujan datang ke Surabaya, iya hujan yang sangat sedikit itu menentukan
rezeki beribu orang.
Yang aku dengar dari percakapan pada saat itu adalah:
“Payung, mbak?”
“Berapa dik?”
“Seikhlasnya.”
“Hmm.. Nggak usah deh, deket kok.
Disaat orang mengeluh dengan gaji mereka, masih ada
orang yang mencari uang dengan meminta upah ‘seikhlasnya’ dan rela
ber-basah-basah yang beresiko terkena penyakit. Dan masih ada orang yang
menolaknya.
Saya adalah orang yang tak pernah tega melihat
saudara sehidup yang sulit hanya untuk mencari sesuap nasi.
Saya coba mendekatinya, saya beri rupiah yang
sekiranya cukup untuk membeli nasi bungkus untuk dia makan hari ini. Lalu
langsung lari ke tempat parkir dimana saya me-markir kendaraan tanpa meminta
jasa-nya. Saya adalah pelanggan pertama dan terakhir dia karena hujan tidak
berhendak setia mengguyur tanah, dan ia pun pulang dengan membawa gaji dari
saya.
Sambil menyetir dijalan, ego saya rasanya ditampar
oleh Tuhan dengan mengenang kejadian
barusan, dan berpikir mengapa selama ini saya selalu mengeluh. Sambil menunggu
macet, saya melihat lampu kota yang mulai menyala, melihat jalanan basah bekas
hujan, dan berkata dalam hati...
Tuhan,
aku suka caramu bercanda kepadaku.
Engkau
buat aku mengeluh menjalani hidup ini.
Lalu
engkau membuatku bersyukur dengan membuat adegan kecil tadi tepat di depan
mataku.
Terimakasih,
Tuhan.
merinding ih baca ini. ;')
BalasHapus:) makasih sudah mampir.
Hapus:')
BalasHapus:D
Hapus