Baiklah, ini post hanya untuk memenuhi pos bulanan
di blog gue, gue nulis post ini juga sambil ngantuk-ngantuk sambil lihat acara
malem Netflix yang muka pemeran filmnya mirip-mirip film bokep.
Seminggu lalu gue merasa bersalah karena udah hampir
berantem sama temen gue, sebut saja namanya Dede,
yang-fanatik-abis-sama-klub-sepak-bola. Okay, gue ngga mau nyebut nama klub
itu, tapi klub asal kota Manchester yang pakai jersey merah itu adalah klub
yang musim transfer kemarin sudah datengin pemain hebat sampai menghabiskan
ratusan juta. Euro.
Untuk mereka yang mengerti sepak bola, tentu bisa
membayangkan bagaimana kombinasi Radamel Falcao, Angel Di Maria, Juan Mata
Garcia dan Robin van Persie jika di atas lapangan dan di arsiteki mantan
pelatih Belanda, Louis van Gaal. Tapi ya, namanya sepak bola, mereka cuma bisa
kalah di kandang lawan.
Entah setan apa yang merasuki Dede, tanpa pernah
dapet jatah nasi bungkus kalau tim tersebut menang, dia cepet-cepet nge-BBM gue
pas gue ngetwit “Gimana mau menang, yang dimainin MU duit semua.” Yang sudah
gue hapus. Dia maki-maki klub kesayangan gue, AC Milan, dengan huruf besar
semua, yang diimbuhi tanda seru yang banyak di depannya, sampai memaki gue
dengan kata-kata yang kotor, contohnya: “KUMAN!” ” BAKTERI!”
Dede hampir tiap tahun ngoleksi jersey sepak bola
dari klub kesayangannya tersebut. Tentunya jersey yang harganya cuma tiga puluh
lima ribu. Lalu, bagaimana dengan kita sendiri? Apa obsesi dan kefanatikan
kita?
Ada kata fana di fanatik, fana yang artinya tidak
nyata, berimbuhan tik, digabungkan menjadi fanatik, yang artinya tergila-gila
dengan suatu hal walaupun hal itu tidak ada.
Suatu pagi, seorang teman, gue tanyain, apa
kefanatikan terbesar lo? Dia mempunyai
kefanatikan yang semua lelaki bisa melakukannya, masturbasi, atau bahasa
kasarnya coli. Sambil melihat Sora Aoi yang tertidur tanpa sehelai benang pun.
Nikmat katanya, walaupun Sora Aoi itu tidak nyata, jadi benar, fanatik adalah
mengagumi apa yang tidak nyata.
Fans JKT48, WOTA selalu fanatik dengan idol mereka
masing-masing, mereka siap perang sipil jika JKT48 disebut girlband. Memakai
tutup mulut dan topi miring, photobook yang dibawa kemana-mana ketika dia
bepergian. Alay? Silahkan saja kalian menilai jika kefanatikannya menurutmu
aneh. Suatu hari orang lain juga akan menyebutmu Alay karena kefanatikanmu yang
suka menghakimi orang lain.
Path gue, penuh dengan orang-orang yang suka pamer.
Bukankah Path kalian juga begitu, kisanak?
Kira-kira apa kefanatikan mereka? Mungkin mereka terlalu fanatik
terlihat kaya, salahkah? Tidak, karena mereka tidak merugikan orang lain.
Gue pun punya kefanatikan gue sendiri, gue begitu
fanatik dengan lihat film di laptop sambil tidur di kasur.
Jadi, apa kefanatikan terbesarmu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar