Hai,
udah lama ngga ngepost cerpen ya. Ini mau nge-share cerpen yang share-able
banget. Jadi, gue baca kumpulan cerpen Truth or Dare dari @WOWKonyol, ada yang
salah satunya kaya cerpen ini, ngga persis banget, emang disengaja bedain
supaya kalau beli buku doi ngga spoiler. Yup, simak cerpennya ya!
Terasa capek habis pulang dari kantor. Lampu-lampu
menuntunku jalan ke rumah. Menghangatkan tulangku. Dan aku harus menemui
seseorang yang bisa membenahiku. Tapi aku masih menunggu kereta di stasiun. “Cepat
datang, aku bisa terlambat. Cepat datang, aku bisa terlambat.” Adalah mantraku
untuk menenangkan diriku karena kereta yang tak kunjung datang. Karena tempat
kerjaku dan tempat yang ingin aku kunjungi lumayan jauh.
Aku jadi ingat dulu SMA, namaku adalah Arsha, aku
biasa dipanggil jerapah oleh teman-temanku karena tinggiku 178cm, cukup tinggi
untuk wanita. Aku selalu diantar pulang oleh sahabatku, aku mempunyai sahabat
yang bernama Bryan. Dia orangnya sangat pendiam,
dan tidak suka berpacaran dengan cewek-cewek walaupun dia kesannya sangat cool.
Sebenarnya aku dulu juga suka dia, tapi kita sudah terlalu nyaman menjadi
sahabat. Dia juga sangat baik bagiku, kita bukan kekasih, tapi juga lebih
dari sahabat. Bryan sangat pandai berbahasa Inggris, untuk urusan bahasa
Inggris, dia hanya memejamkan mata, karena Ibunya adalah guru bahasa Inggris.
Dia bukan orang yang sangat kaya, Ayahnya meninggal ketika ia masih kecil. Tapi
dia mempunyai kemauan yang besar untuk meraih cita-citanya. Bahkan katanya, dia
tidak mau berpacaran karena ingin meraih cita-citanya. Aku rasa itu aneh,
menyalahkan pacaran hanya karena ingin meraih cita-cita.
Pernah suatu hari, setelah kita selesai ujian
nasional, kita membicarakan cita-cita kita masing-masing. Ternyata kita punya
cita-cita yang sama, kita sama-sama ingin ke Inggris. Bedanya, dia ingin kuliah
dan kerja disana. Kalau aku... aku ingin menonton Coldplay. Aku sangat suka
dengan Band asal negeri Inggris itu. Itu juga kalau kesampaian, kalau tidak,
aku menjadi istri seseorang juga cukup. Tidak hanya ingin ke Inggris, Bryan
ingin suatu saat mengajak wanita yang dicintainya. Namanya adalah Jirav,
walaupun itu bukan nama aslinya, tapi Bryan sering memanggilnya dengan sebutan
itu. Yah, aku rasa cita-cita itu masih lama terwujud, toh kita masih belum
lulus. Masih banyak yang bisa terjadi.
Hari pengumuman sudah di depan mata, semua lulus
dengan hasil yang memuaskan. Bryan mengucapkan selamat kepada Jirav dan memeluk
Jirav. Jirav juga mengucapkan selamat kepada Bryan. Dan aku ber- terimakasih
karena sudah mengantar pulang selamat 3 tahun. Dia juga pamit, karena dia sudah
dipanggil UI untuk kuliah disana, dia kuliah dengan menggunakan jalur undangan
di jurusan Sastra Inggris. Tapi Bryan sedih karena Jirav tidak diterima di UI
di jurusan Hukum. Aku sebenarnya juga ingin kuliah, tapi apa boleh buat, orang
tua ku tidak mampu membiayaiku. Aku rasa aku hanya ingin bekerja kantoran. Jadi
sekretaris swasta? Tidak masalah, bukan?
Setelah 2 tahun dari itu, Silvi, teman sebangku-ku
yang sekarang berkerja se-kantor dengan aku mengajak aku reuni SMA. Awalnya aku
tidak mau, tapi Silvi memaksa akhirnya aku iya-in aja. Di SMA, aku melihat
Bryan yang nyengir di hadapan teman-temannya. Dia menyapa Jirav yang baru
datang, ternyata dia sudah lebih tinggi dari Jirav. Setelah mengobrol
kesana-kemari, tiba-tiba dia mengungkapkan perasaannya kepada Jirav di depan
teman-temannya “Hey Jirav, aku sudah suka dari lama kamu sejak SMA kelas 1. Mau
kalau aku ingin kita lebih dari temen?” kata dia dengan nada tinggi. Jirav
langsung memeluk Bryan. Jirav yang orangnya pemalu, tak segan-segan memeluk
Bryan dan berkata “MAU! MAU BANGET! AKU JUGA DARI DULU SUKA SAMA KAMU!”
Sejak saat itu Bryan adalah orang yang beda. Bryan
cerita, Ibunya meninggal karena sudah tua. Aku rasa Bryan sudah tidak punya
siapa-siapa kecuali Jirav. Dia juga bilang, dia harus ke Inggris. Dia mendapat
beasiswa dari negara. Dia berhak mengajak 1 orang untuk menemaninya, karena dia
sudah tidak punya siapa-siapa dia ingin mengajak Jirav. Jirav pun pikir-pikir,
setelah Jirav meminta saran dari teman-teman dekatnya, Jirav pun setuju dan dia
ikut Bryan ke inggris.
Aku jadi senyum sendiri mengingat kejadian 5 tahun
lalu itu, mengingat kejadian itu, tidak terasa, aku mengingat kejadian itu
ketika aku di Railyard Avenue, sekarang aku sudah berada di Emirates Stadium
menonton Coldplay tampil dengan menyanyikan “Lights will guide you home, and
ignite your bone...”, dengan ditemani Suami yang sangat aku cintai yang waktu
SMA sering memanggilku Jirav. Suamiku kerja di kedutaan besar RI di Inggris,
setiap 2 bulan kita menonton Coldplay. Setiap 2 bulan cita-citaku tercapai. Dan
setiap tahun kita pergi ke Indonesia untuk menemui orang tuaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar